Degradasi Substansi Makna Pencatatan (Akuntansi)

Patung Luca Pacioli di Tempat
Kelahirannya, San Sepolcro, Italia
Sumber Gambar: om google
“Luca Pacioli”. Mahasiswa jurusan akuntansi pasti mengenalnya. Yah, beliau adalah the father of accounting. Fra Luca Bartolomeo de Pacioli hidup dari tahun 1445 sampai 1517, Fra di awal namanya menandakan bahwa Pacioli adalah seorang biarawan Katolik. Ia biarawan dari Ordo Franciscan yang didirikan St. Francis dari Assisi,  Italia.

Sedikit Flashback ke Sejarah Ilmu Akuntansi
Karya Pacioli yang dikenal di seluruh dunia berjudul lengkap Summa de Arithmetica, Geometria, Proportioni et Proportionalita (Himpunan Pengetahuan tentang Aritmetika (berhitung), Geometri (ilmu ukur), Proporsi (hubungan yang dinyatakan dengan rasio) dan Proporsionalitas (keselarasan proporsi), diterbitkan di Provinsi Venesia, Italia tahun 1494. Ada yang mengatakan bahwa karya pacioli tersebut adalah buku teks dan ada juga yang mengatakan bahwa karya tersebut adalah ensiklopedia. Summa de Arithmetica ditulis oleh Pacioli dengan menggunakan bahasaa sehari-hari agar dapat dibaca oleh setiap orang dan bukan dalam bahasa Latin yang merupakan tradisi ilmiah pada zaman itu.
Pencetakan karya agung Pacioli disponsori oleh Marco Sunoto (bukan orang Indonesia pastinya………), seorang guru besar matematika. Andaikata buku itu tidak dicetak oleh Sunoto, bisa jadi ilmu akuntansi tidak ada sampai sekarang khususnya sistem pencatatan double-enty system. Jadi berterima kasih-lah pada pak Sunoto!!. Pacioli berterima kasih kepada Marco Sunoto yang mendanai pencetakan bukunya, namun buku itu dipersembahkannya kepada Gudobaldo da Montefeltro (Duke of Urbino). Pacioli juga memanfaatkan perpustakaan Montefeltro untuk penelitian matematikanya. Jadi, mungkin saja Montefeltro pernah beguru pada Pacioli. Luar biasa!!!!

“Double-entry Bookkeeping” Bagaikan Seember Air dari Sumur yang Dalam
Bagaikan seember air dari sumur yang dalam’ Sepenggal kalimat itu adalah analogi dari karya Pacioli yang digunakan sebagai dasar pencatatan transaksi ekonomi (keuangan) di seluruh dunia oleh semua lapisan institusi atau organisasi, yakni sistem pencatatan double-entry. Analogi seember air sangat tepat, mengapa??
Summa de Arithmetica dibagi dalam dua volume yang dijilid menjadi satu buku. Volume I terdiri atas Sembilan bab. Bab 1 samapi bab 7 membahas aritmetika. Bab 8 merupakan pembahasan sederhana pertama mengenai aljabar. Bab 9, tentang bidang usaha dan perdagangan yang terdiri atas 12 bagian. sepuluh bagian pertama membahas barter dan wesel (bills of exchange). Bagian ke-11 mengenai tata buku, dan bagian ke-12 tentang kurs mata uang asing serta satuan ukuran. Kebanyakan pembahasan dalam volume I diambil dari tulisan Fibonacci dan dikembangkan. Volume II hanya terdiri dari satu babying membahas tentang geometri dengan bahasa yang sederhana, dengan merangkum dan memutakhirkan karya-karya Archimedes, Euclid, Fibonacci, dan Piero Della Francesca.
Seember air itu adalah Volume I, Bab  9, Bagia ke-11 tentang tata buku (double-entry bookkeeping) yang terdiri atas 24.000 kata setebal 27 halaman dengan julu Particularies de Computies et Scripturis (kekhasan menghitung dan menulis). Hanya bagian ini lah dari keseluruhan karya suci Pacioli yang diterjemahkan ke dalam 14 bahasa lain, diantaranya bahasa Inggris, Belanda (yang membawanya ke Indonesia), Jerman, Prancis, dan Rusia. Amazing….!!!

Jurnal dan Buku Besar; “Kebenaran” Matematis Debit dan Kredit
Pacioli menulis bahwa seorang saudagar perlu memelihara tiga buku: memoriale, giornale, dan quaderno. Siswa atau mahasiswa yang pernah belajar tentang tata buku pasti mengenal fungsi ketiga buku ini. Memoriale adalah buku harian yang menampung transaksi dan peristiwa usaha secara kronologis. Giornale adalah jurnal, yang mengolah buku harian dengan membagi transaksi ke dalam akun debit dan kredit. Dari sinilah sebenarnya istilah tata buku berpasangan atau double-entry system muncul. Dan quaderno adalah buku besar atau ledger.
Pada bab 9 karya Pacioli, belia memberi dua pesan. Pesan pertama merupakan petunjuk mengenai kehidupan di zamannya, dimana agama dan bisnis berpadu. Pacioli memberi nasihat: saudagar harus memulai bisnisnya dengan menyebut nama Tuhan pada awal setiap buku dari tiga buku yang disebutkan di atas dan menginternalisasi nama suci itu. Ia harus menandai buku pertamanya dengan tanda suci yang mengusir kuasa-kuasa kegelapan.
Nasihat beliau menyiratkan pemikiran di era nya bahwa tata buku dan perdagangan adalah upaya yang sacral. Para saudagar memohon anugrah Tuhan dalam setiap usahanya. Coba bayangkan suasana keyakinan berbisnis dan berakuntansi seperti itu. Perpaduan agama dan bisnis merupakan bentuk pengendalian internal yang dapat menangkal manipulasi pembukuan. Pesan kedua berkaitan dengan penyusunan neraca saldo (trial balance sheet). Pacioli menekankan unsure verifikasi atau pengecekan. Ia menulis “jika jumlah debit sama dengan jumlah kredit, anda bisa menyimpulkan bahwa ledger Anda sudah disusun dan ditutup dengan benar”. Sederhananya, yang dimaksud Pacioli adalah “kebenaran” matematis debit dan kredit. Inilah salah satu fitur istimewa dari tata buku berpasangan.

Nilai Luhur dalam Pencatatan
Dengan latar belakang biarawan Katolik, Luca Pacioli mengajarkan kepada semua orang khususnya pelaku bisnis untuk adil dan jujur dalam tiap tingkah laku. Ini bukan hanya pengaruh agama Kristen, perdagangan di era Pacioli merupakan perdagangan internasional antar-saudagar Islam, Hindu, dan Kristen. Surat Al-Baqarah misalnya, member petunjuk yang jelas mengenai syarat-syarat menjadi akuntan/juru tulis (adil, jujur, berilmu dan mengetahui hukum-hukum Tuhan khususnya yang berhubungan dengan hukum perjanjian).
Memang jaman telah berubah, era Pacioli mungkin 100 kali telah berlari dibanding era sekarang akan tetapi manusia tetaplah manusia. Walau lingkungan telah berubah dengan cepat, bukankah yang membentuk lingkungan atau sitem adalah manusia? Bisa jadi lingkungan atau sistem yang membentuk manusia? –bukan disini ruangnya untuk mendiskusikan mengenai ini- Satu hal yang perlu digarisbawahi bahwa ajaran awal pencatatan adalah agama dan bisnis itu satu padu. Dalam nama Tuhan dan laba bukan sekedar motto, Tuhan nomor satu dan bagi orang yang beriman laba merupakan derivatif dari kuasa Tuhan disamping pentingnya rule of law.

Akuntansi Jaman Sekarang: Sarat Manipulasi?
Semisal Luca Pacioli masih hidup di jaman sekarang, bisa jadi beliau tersentak melihat ilmu yang telah diajarkannya ternyata salah digunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Kekaguman Jane Gleeseon-White mengenai tata buku berpasangan di era Pacioli seketika berubah menjadi kekecewaaan melihat skandal demi skandal di bidanng akuntansi dan pelaporan keuangan. Dalam pengamatannya, Jane melihat satu hal yang sangat menonjol, yang membedakan era Pacioli dengan era ‘akuntansi yang menyesatkan’ adalah badan usaha yang berbentuk korporasi. Bisa dikatakan bahwa era Pacioli adalah era dimana benih-benih kapitalisme ditaburkan dan sekarang telah tumbuh subur dan dangat terawat.
Sekarang telah memasuki abad 21 kawan!! Pacioli hidup di abad 14. Dulu pembukuan bersifat ukhrawi, sekarang pembukuan beroientasi duniawi, jadi wajarlah!!! Dari Eropa, praktik bisnis dan industri masuk ke Amerika dan pada akhirnya bermunculan skandal-skandal akuntansi, Enron, Xerox, Green Tree Financial Corporation, Worldcom dan Arthur Andersen di penghujung abad 20, memasuki abad 21. Setelah itu, dunia akuntansi dan audit tidak sepi atau selalu ramai dengan skandal-skandal besar (di Indonesia misalnya: Kasus Bank Lippo, Kimia Farma, Perusahaan Gas Negara, Ades Alfindo, dll). Sungguh sebuah ironi!!!
 Tidak dapat dipungkiri suasana, paham, dan praktik-praktik sakral dengan landasan agama dan iman semakin luntur atau bahkan hilang sama sekali. Ketuhanan yang maha esa berubah menjadi keuangan (laba, omzet, asset, dll) yang maha kuasa. In god we trust hanyalah sekedar ungkapan yang nyaman didengar tetapi tidak mencerminkan perilaku para pengelola korporasi. Tidak mengherankan, kita menyaksikan dari suatu skandal keuangan kedepannya semakin menggila karena “…akar segala kejahatan adalah cinta uang.” (1 Timotius 6: 10a).

Referensi:
1. Tuanakotta, M. Theodorus. 2013. Mendeteksi Manipulasi Laporan Keuangan. Jakarta: Salemba Empat
2. Jane Gleeson-White. 2012. Double Entry: How the Merchants of Venice Created Modern Finance. First American Edition

Menggali Makna "Kebahagiaan"

Setelah lama hibernasi dari dunia blog-blog an, akhirnya 'penyakit' untuk belajar menulis kambuh kembali. hehe.. Hal yang selalu menghantui saya untuk saat-saat ini adalah tentang tugas akhir sebagai mahasiswa atau biasa disapa oleh mahasiswa-mahasiswa dengan script sweet atau pada titik ekstrimnya dipanggil dengan skripshit. hehe.. Namun kita tidak akan menggali lebih jauh mengenai itu.....

"Kebahagiaan" adalah tujuan semua manusia. Bisa dipastikan bahwa "bahagia" lah yang dicari oleh semua orang. Bagi saya, bahagia adalah ketika bertemu dengan orang tua (maklum, saya orang 'kampung' yang telah lama berpisah dari orang tua). Makanya 'pulang kampung' adalah momen yang selalu saya tunggu-tunggu. Hal lain yang membuat saya bahagia adalah ketika mata kuliah saya dapat A atau saat pembimbing saya meng acc skripsi saya (tentu, karena status saya sebagai ' mahasiswa'). Makanya kebahagiaan bagi sebahagian orang yang berstatus mahasiswa adalah ketika mendapat nilai tinggi. Bagi sopir angkutan, banyak penumpang adalah kebahagiaan tersendiri baginya. Berbeda lagi untuk "maaf" pengemis, kebahagiaannya terletak pada saat ada orang yang iba kepadanya dengan sedikit berbagi rejeki kepadanya. Akil Muchtar (ex ketua MK periode 3) misalnya bahagia ketika menerima suap dari kliennya misalnya. Seorang anak bahagia ketika ibunya membelikan mainan untuknya dan masih banyak contoh lain. Lantas, apakah 'kebahagiaan' itu relatif atau mutlak? Faktanya, tiap orang berbeda letak kebahagiaannya masing-masing. Ataukah itu hanya 'kesenangan' bukan 'kebahagiaan'? Atau bisa jadi ini hanya masalah konsepsi yang dimiliki oleh tiap orang? ahhhhh.. Pangkal dan ujung-ujung-ujung nya selalu saja pada pengetahuan.

Ingat!!! Kita hidup di dunia yang sudah ribuah kali lebih maju dari jaman dulukala. Dengan segala kompleksitas modern saat ini, kebahagiaan hadir dengan bentuk dan wajah yang beragam. Tidak sedikit mereka yang bergelimangan harta dan jabatan justru kehilangan makna kebahagiaan yang sedang dicari. Ternyata harta dan jabatan bukanlah sumber kebahagiaan, tetapi kerap kali menjadi sumber malapetaka yang menumpahkan darah dan nyawa. Sejarah umat manusia telah mengabarkan kepada khalayak kita bahwa prestise sosial yang begitu dibanggakan manusia dengan harta dan jabatannnya seringkali berakhir dengan berbagai tragedi mengenaskan. Kuasa harta dan jabatan membungkan nurani kemanusiaan, sehingga kebahagiaan yang ingin dicapai justru sirna.

Ditengah hiruk-pikuk kebingungan ini, Kang Jalal (Jalaluddin Rahmat) hadir mengumandangkan tafsir kebahagiaan di tengah kesulitan hidup manusia dalam menggapainya. Tafsir kebahagiaan yang diurai oleh beliau mencoba menggali kebahagiaan dari sumbernya yang sejati, bukan dari aksesori kehidupan yang artifisial (tiruan atau buatan) dan gamang. Dengan kembali kepada sumber asalnya, kebahagiaan bisa diraih dengan penuh keyakinan yang teguh, bukan dengan kegembiraan sesaat yang melenakan dan memabukkan seperti candu. Aksesori kehidupan yang kerap dilalui manusia untuk mengais kebahagiaan seringkali hanya menampakkan kebahagiaan dengan wajahnya yang luar, dan penuh citra, sehingga yang lahir adalah kebahagiaan sementara, semu dan palsu. Tafsir kebahagiaan yang dikumandangkan Kang Jalal adalah tafsir yang kembali dalam ajaran agama. Ingatkah kita bahwa setiap hari, paling tidak sepuluh kali, muadzin (tukang adzan) di seluruh dunia Islam meneriakkan hayya ala al-falah, atau marilah meraih kebahagiaan? Seperti para muazin, buku ini mengajak kita menjadikan Al-Quran sebagai penuntun hidup bahagia dan sukses dunia-akhirat. Nasehat yang disuguhkan Al-Quran benar-benar indah dan menarik. Ambil contoh, halilintar dapat menimbulkan ketakutan dan bisa pula melahirkan harapan. Musibah dan bencana bisa menumbuhkan kearifan, bisa pula melahirkan keputusasaan. Kekayaan, kekuasaan, dan ketenaran bisa menjadi sumber bahagia. Pun bisa menjadi biang kerok penderitaan. Semua tergantung pada cara kita memandang dan menghadapi kenyataan hidup. Ya, sesungguhnya hidup hanya soal sudut pandang dan sudut pandang bertumpu pada pengetahuan yang kita miliki. Jadi lagi-lagi ini soal pengetahuan, satu objek tentu berbeda untuk beberapa orang.

Hasil kontemplasi Kang Jalal yang dituangkan dalam bentuk buku ini menggali inspirasi dari ayat-ayat suci tentang bagaimana kita menyikapi keadaan yang kita hadapi dan disertai ulasan dari hadis Nabi dan kisah-kisah menghibur, plus penemuan-penemuan mutakhir sains. Hasil pemikiran beliau membantu kita menempatkan diri dalam sudut yang tepat agar realitas yang kita hadapi bisa memberikan harapan dan kebahagiaan. Sisi hukum dan teologis Al-Quran sudah banyak dikupas, tapi sisi psikologis Al-Quran masih jarang diulas. Catatan-catatan ringan yang diuraikan Kang Jalal secara psikologis ini hadir dengan sangat cair dan renyah, sehingga memudahkan kita memahami seluk-beluk kebahagiaan yang begitu rumit kita pahami dengan sangat mudah dan nyaman kita jelajahi. Beliau tidak menjustifikasi kebahagiaan dengan status hukum halal dan haram, melainkan dengan pendekatan psikologi yang memungkinkan kita bisa hadir dalam berbagai percakapan teologis yang diramu dalam berbagai kisah para Nabi dan guru bijak kemanusiaan. Yah... kalau semua orang sudah bijak, sepertinya tidak akan ada lagi masalah. hehehe

Buku ini hadir untuk menyapa manusia modern yang sibuk dengan rutinitasnya yang mekanistik. Tafsir yang membuka “jembatan emas” bagi pembaca dalam mengarungi samudra kebahagiaan yang tiada tepinya: kebahagiaan yang lahir dari samudera ilahi. Kebahagiaan demikian inilah sebenarnya yang menjadi kegelisahan berbagai komunitas modern yang terus menggali dan mencari sumber kebahagiaan tanpa henti. Buku ini tidak menggurui kita untuk menemukan kebahagiaan kita, tetapi menjadi teman berbincang dan bercakap yang asyik untuk membuka mata batin hati kita dalam menerangi jejak hidup ini. Mari bersama-sama membuka mata batin yang senantiasa selalu bijaksana.

Jadi, mari luangkan sedikit saja waktu kita untuk bercengkrama dengan buku tulisan beliau. Setidaknya, itu bisa menjawab sedikit kegelisahan-kegelisahan Anda sebagai manusia yang hidup di jaman edan ini jaman dimana hegemoni kapitalistik semakin menjadi-jadi. Itupun kalau anda gelisah!!! Kalo tidak, tak apalah. hehehe
 
sumber gambar: om google
 

KERINDUAN

Hari ini engkau lahir, empat belas abad yang lalu.
  Penuh senyum, penuh harum. 
Wangimu tercium waktu.

Engkau pun melangkah, hiasi sepimu dengan kerja, dalam cinta. 
Engkau pun temani zaman, mengulur tangan kebenaran, dalam setia. 
Menuntun manusia dengan kearifan, dalam percaya. 
Memapah manusia ke rumah bahagia, dalam makna. 
Ruang pun tertunduk penuh sahaja.

Aku tersentak. 
Ketika engkau, mainkan melodi seruling, earisi kapak Ibrahim. 
Tancapkan semangat suci, tegakkan tongkat Musa. 
Sembuhkan duka zaman, alirkan kasih Isa.  
Laa ilaaha illa Allah
Aku iman kepadamu. 
Ketika engkau sampai ke langit, engkau pun turun kembali ke bumi. 
Sujudmu bertilam kemanusiaan.  
As-salaamu’alaika ya Nabiyallah.

Oo Muhammad yang mulia. 
Aku tak pantas walau menyebut namamu, terlalu canggih khianatku padamu. 
Terlalu liar bisa ular keluar. 
Terlalu rinci perilaku babi meniti, terlalu sering anjing bergunjing. 
Entah harus kuapakan diri ini. 
Aku kebingungan di belantara peradaban, tiap detik adalah dosa. 
Aku kehilangan araha rimba kehidupan, tiap menit adalah nista. 
Aku terasing di rumahku sendiri, terlalu asyik dengan kemilau dunia.

Yang pasti, hanya kepadamu aku mengadu. 
Semoga tanganmu yang suciberkenan mengelus kepalaku. 
Doamu yang kumau, restumu harapan kalbu. 
Sanggupkan aku untuk menggapaimu. 
Izinkan aku untuk selalu merindu. 
Aku rindu marahmu, aku mau tamparanmu, aku mau diludahimu. 
Apa pun darimu adalah wahyu.

Ya Rasulullah, aku ingin bertemu, walau sekejap berlalu. 
Sampai kapanpun kutunggu, sampai kapan pun kurindu. 
Wajahmu, senyummu, syafa’atmu. 
Penuh salam sejahtera untukmu dan keluargamu…

TAPAK SABDA - Sebuah Novel Filsafat - by Fauz Noor

Indonesia Diantara Perang Dunia II Jilid II atau Perang Dunia III?

ilustrasi gambar
Perang dunia ke-II berakhir ditandai dengan kemenangan blok barat, di mana terdapat dua negara adidaya di dalamnya yakni Amerika Serikat dan Uni Soviet. Berakhirnya perang dunia II bukan berarti perang telah berakhir, akan tetapi babak baru telah dimulai yakni perang dingin antara Uni Soviet dan AS. Perang dingin adalah perang yang tidak lagi memakai kekerasan fisik akan tetapi lebih mengarah ke penjajahan ideologi. AS yang menganut paham kapitalis atau liberalis dan Uni Soviet yang menganut paham komunis. Pertarungan ideologi pun dimulai. Keinginan untuk menjadi negara terkuat semakin mengemuka ditandai dengan perbutan pengaruh di luar kedua negara tersebut. AS akhirnya keluar sebagai pemenang dengan berani mencaplok diri sebagai negara ‘adikuasa’ atau ‘adidaya’. Kemenangan AS tersebut membuat negara AS memiliki gelar sebagai “negara adidaya” dan melekat sampai sekarang. Negara AS seakan-akan menjadi dokter bagi pasien (baca: negara-negara lain). Peran negara AS di dunia internasional secara otomatis menjadi dominan dan memegang kendali di berbagai bidang. Akan tetapi, di abad 21 sekarang ini, muncul negara Cina sebagai saingan baru dari negara AS. Oleh karena itu, perang dingin jilid II seakan-akan terjadi, hal ini ditandai dengan adanya perebutan “pasar” antara negara AS dan Cina di mana perebutan pangsa pasar untuk memasarkan produk-produk kedua negara tersebut. Gejolak yang terjadi tersebut berdampak terhadap negara-negara lain termasuk Indonesia.
Dampak yang ditimbulkan di Indonesia terutama sangat terasa di bidang ekonomi. Ekonomi menjadi gerbang masuknya neoliberalisme dalam bentuk kerjasama antara pemerintah dengan pihak asing baik secara langsung maupun tidak langsung. Kerjasama-kerjasama internasional indonesia dengan negara lain adalah dalam bentuk adanya pinjaman utang luar negeri dari negara lain, bergabungnya Indonesia di forum G-20, negara-negara Asean, negara OPEC,  adanya pinjaman dan kerjasama dengan IMF, World Bank, kebijakan CAFTA, dan masih banyak lagi kerjasama internasional lainnya yang dilakukan Indonesia.
Adanya kerjasama internasional tersebut tentunya membawa akan membawa pengaruh terhadap kebijakan-kebijakan atau regulasi-regulasi nasional pemerintah khususnya di bidang ekonomi. Fakta menunjukkan bahwa telah ada 46 perusahaan Negara telah diprivatisasi baik sector jasa/keuangan maupun industri (indoosat, Krakatau stell, BTN, PT asuransi jasa, PT PN III, IV, VII, PT Industry Kapal Indonesia Makassar, dan lain-lain). Belum lagi ketika kita melihat kuantifikasi data yang berusaha dilakukan oleh pemerintah kita yang tercinta, misalnya pertumbuhan ekonomi yang selalu meningkat dari tahun ke tahun (tahun 2010 sebesar 6,1%), sementara ketika kita melihat realita yang terjadi justru sangat memiriskan hati. Bulan februari yang lalu, bersama-sama kita saksikan di NTB sekitar 151 korban meninggal akibat busung lapar, belum lagi ketika kita lihat rakyat yang mengkonsumsi nasi akin dan nasi tiwon. Ini hanyalah sebagian kecil dari fakta yang terjadi di negeri ini.
Mari kita melihat kebijakan ekonomi secara nasional,  ada beberapa kebijakan pasca reformasi yang menurut penulis sangat merugikan bangsa ini. Salah satu di antaranya adalah disepakatinya perjanjian CAFTA oleh pemerintah Indonesia. CAFTA adalah sebuah kesepakatan di mana jumlah kuota dan tarif tidak lagi dibatasi dalam hal aktivitas ekspor dan impor antara Negara yang tergabung dalam Negara asean. Lakon utama dari CAFTA adalah Negara Cina yang notabenenya adalah Negara yang hari ini dari segi produksi barang baik barang elektronik, otomotif, maupun barang lain yang bisa dikatakan menyaingi bahkan dapat mengalahkan Negara AS dari segi produksi. Makanya tidak heran ketika di Indonesia, produk-produk Cina begitu menjamur di Indonesia dengan harga yang sangat murah karena konon katanya, barang produksi yang tidak laku di Cina kemudian di ekspor ke Negara lain khususnya Indonesia.
Menjamurnya produk-produk Cina di Indonesia tentu berdampak ekonomi bagi Indonesia. Salah satu dampaknya yang paling merugikan adalah produk-produk local yang sekaligus menjadi ciri khas bagi Indonesia menjadi tidak laku dalam artian, hal tersebut pasti akan menggerus nilai-nilai kearifan local bangsa kita. Sehingga, hal ini akan membuat rakyat Indonesia kehilangan jati diri sebagai bangsa Indonesia. Selain itu, bukan hanya masalah kebijakan CAFTA saja, masih banyak kebijakan-kebijakan ekonomi yang lain yang merugikan bangsa ini ditambah lagi dengan adanya pembodohan-pembodohan terhadap rakyat dengan kuantifikasi-kuantifikasi data baik itu pertumbuhan ekonomi, pengangguran, inflasi, dan seterusnya. Satu hal yang pasti bahwa akar permasalan ekonomi tersebut adalah masuknya paham neolib ke sendi ekonomi nasional kita sehingga perselingkuhan antara pemerintah/politikus dengan pemodal (asing atau swasta) di mana-mana.
Langkah solutif yang bisa saya tawarkan adalah dengan melakukan re-negosiasi dengan pihak-pihak yang telah diikat dengan perjanjian sebelumnya khsusnya CAFTA dengan syarat renegosiasi betul-betul harus dilakukan bukan hanya sekedar diwacanakan, ditambah dengan pengawalan dari masyarakat dan mahasiswa khususnya. Renegosiasi yang dilakukan harus berdasarkan pada asas kesejahteraan rakyat Indonesia. Selain itu, produk lokal juga harus ditingkatkan ditambah dengan kebijakan penggunaan produk lokal tersebut kepada seluruh warga negara indonesia tentunya dengan mempertimbangkan juga harga produk tersebut. Produksi produk lokal bukan hanya terbatas pada barang saja akan tetapi, pada semua hal seperti seni, nilai-nilai lokal yang telah tergerus oleh arus globalisasi, dan lain-lain yang jelas berlandaskan pada prinsip kearifan lokal....

"Kau Ini Bagaimana?" atau "Aku Harus Bagaimana?"

kau ini bagaimana? kau bilang aku merdeka, kau memilihkan segalanya.  kau suruh aku berfikir, aku berfikir kau tuduh aku kafir.....

aku harus bagaimana? kau bilang bergerak, aku bergerak kau curigai. kau bilang jangan banyak tingkah, aku diam saja kau waspadai.....

kau ini bagaimana? kau suruh aku memegang prinsip, aku memegang prinsip kau tuduh aku kaku. kau suruh aku toleran, aku toleran kau tuduh aku plin-plan.....

aku harus bagaimana? aku kau suruh maju, aku maju kau selimpung kakiku. kau suruh aku bekerja, aku bekerja kau ganggu aku.....

kau ini bagaimana? kau suruh aku takwa, khutbah keagamaanmu membuatku sakit jiwa. kau suruh aku mengikutimu, langkahmu tak jelas arahnya.....

aku harus bagaimana? aku kau suruh menghormati hukum, kebijaksanaanmu menyepelekannya. aku kau suruh berisiplin, kau menyontohkan yang lain.....

kau ini bagaimana? kau bilang tuhan sangat dekat, kau sendiri memanggil-manggilnya dengan pengeras suara setiap saat. kau bilang kau suka damai, kau ajak aku setiap hari bertikai.....

aku harus bagaimana? aku kau suruh membangun, aku aku membangun kau merusakkannya. aku kau suruh menabung, aku menabung engkau menghabiskannya.....

kau ini bagaimana? kau suruh aku menggarap sawah, sawahku kau tanami rumah-rumah. kau bilang aku harus punya rumah, aku punya rumah kau meratakannya dengan tanah.....

aku harus bagaimana? aku kau larang berjudi, permainan spekulasimu menjadi-jadi. aku kau suruh bertanggung jawab, kau sendiri terus berucap "wallahu'alam bisshawab".....

kau ini bagaimana? kau suruh aku jujur, aku jujur kau tipu aku. kau suruh aku sabar, aku sabar kau injak tengkukku.....

aku harus bagaimana? aku kau suruh memilihmu sebagai wakilku, sudah kupilih kau sendiri bertindak semaumu. kau bilang kau selalu memikirkanku, aku sapa saja kau merasa terganggu.....

kau ini bagaimana? kau bilang bicaralah, aku bicara kau bilang aku cerewet. kau bilang aku jangan bicara, aku bungkam kau tuduh aku apatis.....

aku harus bagaimana? kau bilang kritiklah, aku kritik aku marah. kau bilang carikan alternatif, aku kasi alternatif kau bilang jangan hanya mendikte saja.....

kau ini bagaimana? aku bilang terserah kau, kau tidak mau. aku bilang terserah kita, kau tak suka. aku bilang terserah aku, kau memakiku....

kau ini bagaimana? atau aku harus bagaimana?.....
--------
Mohammad Yasser-Terbang Bersama Cinta (The Holy Book of Love)

'Rasa tidak Enak' Merusak Segalanya


    'Rasa tidak Enak' yang saya maksud pada tulisan ini bukan pada makanan ataupun minuman.Untuk memahami apa yang saya maksudkan, saya contohkan seperti ini: kalau ada tman anda yang mengajak anda pergi makan ke suatu tempat, rasanya 'tidak enak' kita menolaknya. Itu konteks 'rasa tidak enak yang saya maksud.
     Manusiawi memang jika manusia pernah (pasti pernah) mengalami 'rasa tidak enak' terhadap seseorang, entah teman dekat ataupun teman yang baru dikenal, saudara, kerabat, guru atau dosen, orang tua, dan tentunya ke orang yang lebih tinggi strata sosialnya daripada kita, bahkan terhadap apapun dan siapapun itu. Berbagai macam teori sosial yang pernah dilontarkan oleh tokoh-tokoh secara tersirat sebenarnya membahas persoalan ini. Ambil contoh, paradigma fakta sosial nya Emile Durkheim yang menyatakan bahwa manusia secara individu sebenarnya tidak bisa berbuat apa-apa karena ditekan oleh stuktur sosial dan pranata sosial dalam artian bahwa manusia dikendalikan oleh lingkungannya. secara tidak langsung, kondisi 'rasa tidak enak' seseorang muncul karena ada tekanan sosial, misalnya saja karena takut dikucilkan oleh orang disekitar kita.
      Masih tentang Durkheim, fenomena bunuh diri (suicide) pun jika digali lebih jauh maka ada 'rasa tidak enak' di dalamnya. Berdasarkan jenis-jenis suicide yang dikemukakan Durkheim, kesemuanya itu sebenarnya mengarah ke 'rasa tidak enak' sehingga keputusan mengambil jalan pintas penyelesaian masalah dengan bunuh diri dilakukan. 'rasa tidak enak' karena tidak bisa mencapai cita-cita atau impian, 'rasa tidak enak' karena tidak bisa menyesuaikan diri dengan semakin kerasnya aturan-aturan atau norma sosial yang disepakati, atau bahkan 'rasa tidak enak' terhadap anggota kelompok sehingga seseorang melakukan bunuh diri dengan alibi mengorbankan diri. Sebagai antitesa dari paradigma fakta sosial, Max Weber mengemukakan paradigma Definisi Sosial yang intinya menyatakan bahwa bukan lingkungan yang memepngaruhi seseorang tapi pada dasarnya individu itu kreatif melakukan apa saja yang diinginkannya. sebagai contoh, aturan taat lampu lalu lintas ada akan tetapi tetap saja selalu ada orang yang melanggar aturan tersebut. kalau kita mencoba mencocologikan dengan 'rasa tidak enak', seseorang yang melanggar lampu lalu lintas karena bisa saja ada keluarga yang sedang sakit dirumah sehingga kehadirannya sangat penting. lagi-lagi karena 'rasa tidak enak' terhadap keluarga. masih ada ribuan teori sosial (analisis terhadap interaksi yang ada) yang lain yang secara tidak langsung sebenarnya semuanya berkaitan dengan 'rasa tidak enak. lantas, masih adakah hal yang lain yang tidak berkaitan dengan 'rasa tidak enak'?
      Dalam hal paling fundamental pun seperti hubungan dengan pencipta, manusia kerap kali melakukan ibadah (agama manapun) hanya semata-mata karena ingin mendapatkan prestise atau bahkan karena tidak enak terhadap lingkungan seperti tidak enak terhadap tmen yang melakukan hal yang sema sehingga dirinya merasa ketinggalan kalau tidak melakukan hal serupa, kegiatan apapun itu. padahal secara substansial, bukan itu tujuannya. yah,, itulah penyakit manusia modern saat ini, semua karena tidak enak. lebih ekstrimnya lagi jalinan persahabatan dilakukan atas dasar 'tidak enak'.
      Mari kita melihat relitas kekinian, khususnya terhadap berbagai permasalahan yang ada di Indonesia ini, korupsi misalnya. jika kita menelusuri lebih jauh kenapa perilaku korupsi kian hari kian menjadi-jadi, maka akan ditemukan"rasa tidak enak di dalam nya. Korupsi terjadi karena motivasi yang berbeda-beda dari para pelaku korupsi (maaf, ini bukan pengalaman tapi hanya melihat berita-berita yang ada di TV. hehehe). motif bayar utang misalnya, itu karena ada "rasa tidak enak" terhadap si pemberi utang. motif memenuhi kebutuhan keluarga, itu karena ada "rasa tidak enak" sebagai kepala keluarga terhadap istri dan anak-anak nya jikalau kebutuhan mereka tidak bisa dipenuhi dan masih banyak motif-motif lain. masalah lain, misalnya nepotisme. sifat nepotis sebenarnya adalah pangkal dari korupsi. jikalau ada anaknya teman kita misalnya yang mau daftar sebagai PNS dan kita sebagai penentu kelulusan maka secara otomatis yang di prioritaskan untuk lulus adalah anak dari teman tersebut karena lagi-lagi "rasa tidak enak", begitupun di bidang lain semisal pemberian tender, pemilihan kepala daerah, bidang-bidang edukasi (kampus, sekolah, dan lain-lain). jadi, 'rasa tidak enak' sebenarnya telah merusak segalanya.
      'Rasa tidak enak' menurut penulis timbul karena faktor pengetahuan yang kurang (tidak komprehensif) atau landasan epistemeologi seseorang yang lemah karena semua fenomena, apapun itu tidak pernah lepas dari yang namanya "ilmu pengetahuan". kurang nya ilmu pengetahuan yang dimiliki menjadikan seseorang tidak punya prinsip hidup yang kuat, akibatnya 'rasa tidak enak' gampang muncul. sebelum 'rasa tidak enak' merenggut masa depan kita dan merusak semuanya, maka bagunan pengetahuan yang dimiliki harus dikuatkan dengan cara belajar, belajar dan belajar. membaca buku, membaca buku dan membaca buku (buku genre apapun). karena pengetahuan membawa manusia pada kebijaksanaan, maka jangan pernah puas dengan ilmu yang dimiliki sekarang dan teruslah membaca buku (solusi yang masih abstrak ternyata...! hehehe).

Note: Penulis pun masih selalu dihinggapi 'rasa tidak enak' yang terlalu berlebihan dalam kondisi apapun.. mari baca buku terus-menerus...

Salam Blogger-blogger mania...

‘NABUNG’ POHON PANGKAL SEHAT


1368449115207083647
mariii, menabung pohon.....
Kesehatan merupakan hal yang paling utama dalam kehidupn. Orang yang tidak fit dalam artian tidak sehat atau sakit tidak akan dapat berbuat apa-apa. penyebab orang sakit bermacam-macam, mulai dari makanan dan minuman, faktor genetik atau keturunan, gaya hidup, dan karena faktor lingkungan tentunya. Selama ini kita hanya memperhatikan makanan yang kita konsumsi ketika kita sakit, padahal ada hal lain yang harus kita perhatikan yaitu masalah udara yang kita hirup sehari-hari atau lebih tepatnya masalah lingkungan.
Berbicara mengenai lingkungan berarti kita berbicara tentang alam tempat kita tinggal. Alam wajib dijaga kelestariannya karena ia merupakan titipan buat manusia dari penciptanya. Namun kalau kita melihat realitas sekarang ini, alam sepertinya bukan lagi titipan yang harus dijaga akan tetapi seolah-olah telah menjadi alat dan bahan pemenuhan hasrat keserakahan manusia. Terbukti dengan eksploitasi yang berlebihan terhadap alam seperti penebangan secara liar tanpa memperhitungkan aspek akobat yang ditimbulkannya. Disisi lain, polusi udara akibat berkurangnya pohon tiap tahun terus mengalami peningkatan.
Pencemaran udara yang semakin meningkat disebabkan salah satunya karena penebangan hutan yang semakin menjadi-jadi. Menurut data, penebangan liar di Indonesia sudah mencapai tingkat kecepatan 1,6 - 2,0 juta hektar per tahun [1]. Data lain menunjukkan bahwa kerusakan hutan nasional,sudah mencapai  41 juta hektar hutan menjadi gundul. Data dirilis pada tanggal 24 November 2012 [2].
Keberadaan pohon sebenarnya secara tidak langsung berkaitan dengan kesehatan manusia. Penelitian menemukan bahwa peningkatan jumlah pohon yang mati berkaitan dengan meningkatnya jumlah kematian manusia akibat penyakit jantung dan gangguan pernafasan. Penelitian yang dilakukan Dinas Kehutanan AS ini mencoba meneliti hubungan antara kesehatan manusia dibalik matinya 100 juta pohon di daerah Coast dan Midwest. Para peneliti memeriksa data mengenai demografi, angka kematian dan kondisi hutan dari tahun 1990 sampai tahun 2007 dihampir 1.300 wilayah yang tersebar di 15 negara bagian. Peneliti melihat perbedaan kondisi kesehatan manusia yang tinggal di daerah yang dipenuhi kumbang penggerek pohon. Ternyata penduduk yang tinggal di daerah dimana banyak terdapat kumbang penggerek ini memiliki angka kematian karena penyakit jantung yang lebih besar, yaitu 15.000 kasus lebih banyak. Angka kematian akibat penyakit pernafasan juga ditemukan 6.000 lebih banyak ketimbang daerah lain [3].
Oksigen yang kita hirup sehari-hari secara gratis sebenarnya berasal dari pohon-pohon yang ada di sekitar kita. Karbondioksida yang kita hembuskan diolah kembali oleh tumbuh-tumbuhan khususnya pohon-pohon dalam proses fotosintesis untuk selanjutnya dikeluarkan dan dihirup oleh tubuh kita. Sehingga, bagaimana jadinya kalau pohon di sekitar kita semakin berkurang tanpa diimbangi dengan penanaman kembali? Sementara jumlah manusia tiap hari kian bertambah banyak jumlahnya.
Polusi udara akan menghambat fotosintesis tumbuhan. Selain itu, hal tersebut juga akan meningkatkan efek rumah kaca dan menyebabkan rusaknya alpisana ozon serta dapat menyebabkan hujan asam. Untuk mengatasi masalah tersebut, penghijaun dan reboisasi atau penanaman kembali pohon-pohon pengganti wajib dilakukan mulai hari ini. Tidak perlu muluk-muluk, mulai dari diri sendiri, cukup ‘nabung’ satu pohon di dekat rumah masing-masing.
Menurut data sensus, kelahiran jauh lebih banyak daripada angka kematian. Tahun 2005-2010, angka kelahiran sebesar 4.464.000 per tahun, sementara kematian sebanyak 1.692.000 per tahun. Angka kelahiran berkisar 19,1 per 1000 jiwa dan angka kematian berkisar 7,2 per 100 jiwa [4]. Dan pasti tiap tahun terus mengalami peningkatan, khususnya untuk tahun 2013 ini. Artinya, perebutan oksigen diudara bebas semakin ekstrim. Jadi, mau tidak mau kita harus menanam pohon agar asupan oksigen yang kita perlukan tiap hari bisa terpenuhi. Mulai dari menanam atau me’nabung’ pohon, dengan resep minimal satu pohon untuk satu kepala keluarga atau untuk satu rumah.
Kalau ada pepatah mengatakan “menabung pangkal kaya“, maka tidak berlebihan kalau saya mengatakan bahwa “me’nabung’ pohon pangkal sehat“. Oleh karena itu, menjaga kesehatan dalam hal ini me’nabung’ pohon wajib dilakukan dan merupakan bagian dari kebutuhan hidup.

Keterangan: Tulisan dengan format cetak tebal miring adalah data yang bersumber dari nomor-nomor yang ada di belakangya yang bercetak hurup [biru].

Sumber:
http://green.kompasiana.com/penghijauan/2013/05/13/nabung-pohon-pangkal-sehat-555681.html

Coba-coba Ikut Lomba Menulis

Sekalian mengasah kemampuan meliterasi, karena pepatah mengatakan "semakin diasah semakin tajam"...
ok sob...
silahkan dibaca bagi yang berminat..
http://kompetiblog2013.wordpress.com/2013/05/13/351-netherland-mengubah-imajinasi-dan-fantasi-menjadi-kenyataan/

Spartacus; Nabi yang Tidak Tercatat Namanya

Pernah dengar kata "Spartacus"?
atau sudah pernah nonton film nya?
Andy Whitfield -
Pemeran Tokoh Spartacus
Season II
Iya, Spartacus memang tidak se populer Habibie dan Ainun, tidak se tenar Iron Man atau pun Transformer, tapi menurutku film Spartacus jauh lebih baik pesan yang hendak diselipkannnya walaupun di film tersebut sangat banyak adegan yang tidak layak di tonton oleh anak dibawah umur.
Spartacus bercerita tentang sisi lain dari kota Roma. kalau selama ini anda mengenal kota Roma dengan keperkasaan nya, ketangguhan bala tentaranya, daerah kekuasaan yang dulunya sangat luas, dan berbagai macam kesan lain tentang Roma, maka setelah menonton film spartacus, saya yakin anda akan mengubah persepsi anda tentang kerajaan Romawi setidaknya anda akan melihat sisi lain dari kota Roma tempo dulu. mungkin selama ini anda mengenal Marcus Crassus, Julius Caesar, dan penguasa Pompey sebagai orang yang sangat perpect dalam memimpin rakyat romawi tempo dulu khususnya Julius Caesar. akan tetapi dalam film ini, anda akan melihat sisi gelap dan sangat memalukan Raja Roma yang sangat hebat tersebut. apa itu?? silahkan ditonton...
Liam McIntyre - Pemeran
Tokoh Spartacus III & IV
Spartacus adalah nama tokoh utama dalam film tersebut, julukan yang diberikan oleh Lentulus Batiatus si penguasa Capua kepadanya. spartacus awalnya adalah pasukan Thracian yang ditangkap oleh kerajaan Roma dan di beli oleh Batiatus sebagai budak untuk selanjutnya dilatih menjadi Gladiator. akhir cerita ternyata si pasukan Thracian tersebut seringkali diberkati oleh dewa pada saat bertarung di arena walaupun sebenarnya spartacus adalah sosok yang berfaham freewil dan tidak percaya dengan dewa, sepenuhnya di usahakan oleh manusia termasuk untuk menjadi manusia merdeka harus melawan dengan usaha sendiri tanpa berharap sama dewa. 
Musim kering pun terjadi di Capua dan Roma secara luas, pertarungan-pertarungan demi pertarungan di menangkan oleh pasukan Thracia tersebut sampai bintang arena si manusia raksasa yang tidak terkalahkan di arena sepanjang masa. mitos yang diyakini orang Romawi pada ssat itu adalah musim hujan akan datang kalau si raja arena tersebut terkalahkan oleh gladiator lain. walhasil pasukan Thracia tersebut yang mengalahkannya dan sesaat setelah itu turunlah hujan, maka nama "Spartacus (sang pembawa hujan)" diberikan oleh Batiatus kepadanya dan melekat sampai akhir hayatnya.  sampai akhir film, nama asli
Season I
Spartacus tidak pernah diketahui bahkan sampai sekarang kata orang-orang.
Awal perjuangan kaum budak dimulai dari sini. kalau awalnya, motivasi spartacus melakukan perlawanan terhadap tuannya adalah karena istrinya, Sura yang dibunuh oleh tuannya sendiri demi kepentingan "upeti" dan "kekuasaan" bagi Batiatus agar Spartacus tidak pergi dari ludus (tempat penempaan gladiator) nya, maka pada akhir cerita spartacus berjuang untuk membebaskan semua budak yang ada di Roma. disitulah pesan-pesan dan pelajaran-pelajaran yang ingin disampaikan sama film sangat banyak. pada akhir cerita, spartacus justru melihat semua wajah-wajah Sura, istrinya, pada semua budak yang ada di Roma. nama nya saja budak artinya mereka pasti tertindas.
Saya ingin membahas sosos Spartacus lebih jauh. bagi yang belum pernah menonton film seri (terdiri dari 4 season, masing-masing season terdiri dari kurang lebih 10 seri, tiap seri berdurasi sekitar 1 jam), bersiap-siaplah menghabiskan waktu anda kurang lebih 45 jam. saya yakin anda tidak akan bosan menonton film tersebut.
Sesion II
saya saja butuh waktu 1 tahun untuk menonton spartacus sampai selesai ceritanya karena dirilis selama kurang lebuh dua tahun dan dikeluarkan per seri. saya mulai nonton film tersebut pada bulan april 2012 sampai pertengahan april 2013. saking panjangnya ini film, pergantian beberapa tokoh dari satu sesion ke sesion lagi dilakukan khususnya tokoh utama spartacus diganti pada sesion III dan IV karena tokoh spartacus pada sesion II meninggal dunia.
film seri dari Starz ini saya anjurkan nontonnya jangan sama anak kecil dan orang yang jantungan karena film ini sebenarnya khusus untuk orang dewasa yang 'sehat'. mengapa? karena berisi materi banyak adegan-adegan dewasa bahkan ada yang bilang ini film b*** dan sarat dengan kekerasan. gaya filmnya agak mirip dengan film graphic novel 300 dan gladiator nya Ridley Scott, hanya saja spartacus jauh lebih brutal.
Terlepas dari kekerasan dan seks yang diklaim agar menciptakan nuansa otentik, saya pikir Starz memang berhasil. setiap detail film ini memang benar-benar diperhatikan. contohnya, dalam gaya bahasa orang-orang Roma tidak mengenal kata "yes", sebaliknya mereka memakai afirmasi yang menguatkan keingignan mereka.
Sesion III
Masih tentang sosok spartacus. spartacus adalah simbol perlawanan kaum budak pada jaman romawi kuno, sosok nya sangat bijaksana. dia memimpin puluhan ribu budak untuk melakukan perlawanan terhadap tuannya. jadi, jauh sebelum Karl Marx mengeluarkan pertentangan kelasnya, spartacus lebih dulu mengaplikasikan teori nya Marx. hehehe... 
Semua aspek kehidupan hampir disentuh oleh sutradara dalam film tersebut. mulai dari cinta, seks, jilat-menjilat ke penguasa, kekuasaan, kerakusan manusia, kepercayaan kepada sesuatu yang transendental (Tuhan atau Dewa), kerjasama, mengorganisir massa, memprovokasi, strategi perang, manajemen
Sesion IV
organisasi, kapitalisme dan sosialisme, imajinasi, dan masih banyak lagi. semua sosok penggambaran manusia dimuka bumi ini ada di spartacus dan masih relevan sampai sekarang. pokoknya setelah menonton spartacus, banyak hal yang bisa anda pelajari, belum pernah sebelumnya saya menonton fil sekomprehensif itu. 1 hal yang tidak disinggung mungkin masalah 'agama' karena agama pada saat itu mungkin saja belum ada. 
Selain tokoh spartacus, masih ada beberapa tokoh yang terkenal yang berjuang bersama spartacus yaitu Gannicus (gladiator pertama yang mendapatkan kemerdekaannya setelah menjadi pemenang di arena dan generasi I sebelum spartacus menjadi budak), Crixus (pemenang arena generasi II), Agron, Naevia, Oenamous, Nasir, Barca, Lucretia, Lythia, Glaber, Doctore, Batiatus,   Azur, dan masih banyak lagi nama-nama dan sebutan-sebutan lain dalam film tersbut. walaupun pada akhir cerita, Spartacus meninggal (mati syahid) tapi menurutku itulah kemenangan sejati dan perlawanan sesungguhnya dalam sejarah. cerita tentang spartacus pernah ada dan memang fakta, yang bercerita adalah Agron dan Nasir karena 2 tokoh itulah yang tidak mati syahid sampai akhir cerita. tapi namanya film pasti ada sedikit bumbu-bumbunya.
Beberapa Teman Seperjuangan Spartacus
Saya menganggap bahwa Spartacus adalah salah satu Nabi yang tidak tercatat namanya dalam 25 nabi dalam Islam. dia adalah sosok pemimpin sejati yang pernah ada, tidak pernah menyuruh teman nya (bawahannya) tapi dia lebih dahulu yang melakukannya baru menyuruh pengikutnya untuk mengikuti apa yang dilakukannya. tidak seperti pemimpin sekarang, bawahannya dulu yag disuruh kerjakan dan kalau tidak berhasil, bawahan yang jadi korban. spartacus adalah simbol perlawanan abadi terhadap kaum penindas, dan seandainya saya beranda-andai, andaikata spartacus tidak kalah dalam peperangan, maka sejarah dunia akan berubah seperti halnya kemenangan dan cerita-cerita para nabi. spartacus akan dikenang sepanjang masa oleh masyarakat dunia. 
Agron, Gannicus, Spartacus, Crixus
Spartacus terdiri dari 3 season. Season I - the God of ArenaSeason II - Blood and Sand, Season III - Vengeance, Season IV - War of the Damed. masing-masing season punya ciri khasnya dan saling terkait antara season I sampai III, jadi jangan dilewatkan dan nimati adegan tiap detil nya. saya yakin tidak akan membosankan.
Bagi yang penasaran ingin memelototin film spartacus (anda memang wajib penasaran), anda tidak perlu waktu 1 tahun untuk menunggu seperti saya, karena semua seri nya sudah keluar dan tinggal di download. ada banyak link downloadnya, tinggal googling saja. berikut salah satunya:   

Semoga anda bisa menjadi spartacus-spartacus modern.. hehehe
Film ini film terbaik yang pernah saya nonton.....

Latih (lagi) Kemampuan Menulismu Sob!

Bagi teman-teman yang ingin mengasah kemampuan menulisnya, sekali lagi sangat banyak medianya. jika merasa di rugikan karena harus korbankan waktunya 'sedikit' saja untuk menulis, tenang saja media dalam bentuk "lomba" cocok untuk teman-teman...
Berikut ini ada beberapa link untuk lomba menulis bulan ini:
---
Lomba yang diadakan oleh Bank CIMB Niaga dalam bentuk CSR nya dengan tema "Nabung Pohon, Yuk!". Sekalian kasi komentar, opini dan sarannya untuk kemajuan bangsa Indonesia. Akhir-akhir ini marak penebangan liar sob. Deadline 14 Mei 2013. selengkap nya klik link berikut:
http://www.kompasiana.com/cimbniaga
---
Lomba yang diadakan oleh Indosat Super Wifi dengan tema "Pengalamanku Menggunakan Indosat Super Wifi", hadiahnya lumayan. memang temanya agak kurang menarik bagi orang-orang idealis karena bersifat promosi tapi tidak ada masalah, latih saja kemampuan menulismu sob. Deadline 31 Mei 2013. berikut ini link nya:
http://superwifi.murahituim3.com/

NETHERLAND; MENGUBAH IMAJINASI DAN FANTASI MENJADI KENYATAAN

Yahhh, Belanda. Negeri yang terkenal dengan kincir anginnya, bunga tulip, keju berbagai macam rasa, sepeda, pelukis, arsitektur bangunan yang megah, gadis desa dengan penutup kepala, susu bendera, berbagai macam tem pat wisata yang sangat indah seperti Walibi World, Kaukenhof, Museum Heineken, dan masih banyak lagi, serta disana pulalah ribuan etnis dunia berkumpul di negeri yang toleransinya mengalahkan demokrasi Amerika Serikat, setidaknya kita bisa menyebut bahwa Belanda adalah kemenangan Eropa terhadap kebebasan etnis.
Bukan hanya itu, kondisi geografis Negara Belanda memaksa warganya mengubah fantasi menjadi kenyataan. Lihat saja proyek Deltaworks, yang dinobatkan sebagai salah satu sebagai salah satu dari 7 keajaiban dunia versi American Society of Civil Engineers. Lihat pula penemuan teleskop Hans Lippersey, misroskop oleh Antonie Van Leeuwenhoek, WiFi oleh Victor Hayes, Bluetooth oleh Jaap Hartsen, dan masih ada sejuta imajinasi yang telah berubah menjadi kenyataan. Mereka semua berasal dari Netherland, negerinya para pioneer-pioneer sejati. Di Belanda pula lah berkiprah para filosof agusng seperti Erasmus dan penulis hebat Multatuli. Legenda sepak bola, Van Basten juga asli Belanda. Hampir tidak ada bidang yang terlewatkan.
Muncul pertanyaan di benakku, bagaimana bisa sehingga orang-orang Belanda begitu kreatif dan inovatif? Setelah membaca berbagai referensi, saya emnduga ada dua hal penyebab utamanya.
Pertama. Sistem pendidikan. Pada dasarnya, Belanda mengenal wajib belajar untuk anak usia 2-18 tahun. Penyandang cacat di atas usia 18 tahun juga harus mengikuti wajib belajar. Seorang anak warga negara Belanda atau bukan warga negara Belanda tetapi orang tuanya bekerja dan membayar pajak, juga mempunyai hak tunjangan anak. Besarnya dibayarkan setiap kuartal oleh Siociale Verzekeringsbank sampai anak berusia 18 tahun.
Pendidikan di Belanda sangat multikulturalis. Seluruh perbedaan diakomodasi, semua memiliki hak yang sama ketika berhadapan dengan pendidikan. Orang berkulit hitam, kulit putih, rambut pirang, rambut hitam, dan lain sebagainya bukan menjadi penghalang untuk mendapatkan pendidikan. Interaksi sosial sangat diutamakan, dengan hal tersebut suasana persaudaraan akan sangat kental. Kemudahan dalam berkomunikasi dan bergaul sangat terbuka, sehingga eksplorasi ilmu pengetahuan akan semakin mudah. Jadi benarlah slogan “studi di Belanda adalah tiket menuju ke satu komunitas global”, karena kemudahan dalam berinteraksi dengan dunia internasional, serta dukungan dari pihak pemerintah yang sangat besar. Ditambah lagi belanda adalah Negara berbahasa non-inggris pertama yang menawarkan lebih dari 1.500 program studi internasional berbahasa Inggris. Sehingga bisa menarik lebih banyak orang kesana.
Kedua. Liberalisasi atau kebebasan. Kebebasan berekspresi secara tidak langsung menjadi pondasi kedua setelah pendidikan yang menjadikan warga Negara Belanda begitu inovatif. Mengapa bisa? Kebebasan berekspresi memungkinkan seseorang untuk mencoba segala hal agar rasa ingin tahunya teraktualkan yang pada akhirnya akan membuatnya menjadi senang dan bahagia sehingga akan “ketagihan”.
Gallup World Poll Survey dalam survey nya tahun 2010 menyatakan bahwa Belanda menduduki peringkat 5 dalam polling  The World’s Happiest Country dengan keterangan ‘thrieving’ untuk tingkat kebahagiaannya. Ini menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk negeri tuli ini puas dan senang dengan kehidupannya. Penduduknya bebas memeluk agama manapun yang diinginkan, tanpa paksaan. Kebebasan berekspresi sangat dihargai disana.
Dua hal dasar itulah yang memicu semangat ke-pioneer-an orang Belanda sehingga bisa mengubah fantasi dan imajinasi menjadi kenyataan. Semoga Indonesia tercinta bisa belajar pada negeri Tulip tersebut.

Referensi:



Sekilas Tentang Reggae

Kenapa harus reggae?
Bob Marley
Jawabannya sederhana, semua jenis aliran musik memang punya sejarah nya masing-masing. tapi, menurutku genre musik reggae paling mantap history nya termasuk ciri khasnya warna 'merah kuning hijau' (googling sendiri dan baca sendiri sob).. selain ikon sekaligus penggagas reggae dunia, Bob Marley yang lahir di Sain Ainn, Jamaika, masih banya kmusisi-musisi reggae yg lain seperti Pablo Musa.
Pasti Anda sering dengar istilah "anak Rasta"? yah di Indonesia, yang pernah menyabet berbagai macam prestasi di luar negeri adalah Tony Q
Tony Q Rastafara
Rastafara kelahiran Semarang yang juga telah merilis berbagai macam album reggae yang sangat populer. kalau almarhum Mbah Surip, pasti kenal kan? beliau jg termasuk salah satu orangnya.
Mendengar lagu reggae memang membuat perasaan senang, serasa tidak ada masalah dalam hidup bahkan jika  perlu, anda yang car mencari masalah. hehehe.. yang tertarik mendengar lagu reggae, putar saja lagunya Bob Marley atau mau dengar reggae Indonesia, ini link download nya..
link download lagu reggae asli indonesia
selamat melayang-layang di udara.
salam 4:20.... [4:20?? apa lagi itu??, googling sob!!]

Carut Marut Sistem Perpolitikan Di Indonesia dan Kuasa Parpol


sistem politik obral
Neoliberalisme semakin merasuki hampir di setiap sendi kehidupan di negara (baca: Indonesia) kita tercinta ini. Paham tersebut dengan mudahnya masuk ke dalam sistem ekonomi, sosial, budaya, politik, sampai pada hal yang paling fundamental dalam kehidupan yakni pendidikan. Masuknya paham kapitalisme dalam kemasan barunya “neoliberalisme” ditandai dengan adanya kebijakan-kebijakan konstitusional pemerintah yang tidak pro-rakyat akan tetapi semata-mata untuk kepentingan para pengusaha atau pemilik modal. Ambil contoh, Peraturan Pemerintah No. 66 Tahun 2010 tentang pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan di mana pihak ketiga dalam hal ini pihak swasta atau pihak asing diperbolehkan melakukan investasi di bidang pendidikan. jika pihak ketiga telah menginvestasikan sejumlah tertentu modalnya, maka secara otomatis kendali pendidikan baik itu operasional, manajemen, kurikulum, dan lain-lain sepenuhnya berada ditangan sang pemilik modal. Masih banyak lagi kebijakan-kebijakan konstitusional lain yang dirumuskan pemerintah yang terindikasi merupakan hasil kerjasama atau perselingkuhan antara pemerintah dan pengusaha/pemodal (kleptokrasi). 
‘Demokrasi’ yang menjadi ikon setelah tumbangnya rezim orde baru sekaligus sebagai penanda bangkitnya orde reformasi memiliki catatan tersendiri. Orde reformasi dengan ciri demokrasi yang telah berjalan kurang lebih 13 tahun ternyata tidak membawa perubahan secara signifikan terhadap negeri ini. Pada satu sisi, demokrasi memberikan kebebasan menyatakan pendapat, akan tetapi di sisi lain justru demokrasi hanya menambah dan memperumit permasalahan-permasalahan di negeri ini. Demokrasi politik misalnya, yang ditandai dengan menjamurnya partai-partai politik (parpol) di Indonesia, baik parpol yang menyatakan dirinya berideologi agama tertentu maupun partai-partai lain yang mempunyai corak tertentu. Apa yang salah dengan banyaknya partai politik? Bukankah hal ini adalah bukti kesuksesan negara demokrasi?
Sebenarnya, parpol-lah yang memegang kendali perpolitikan di Indonesia, anggota-anggota parpol kemudian mengisi kursi-kursi jabatan di struktur pemerintahan karena sistem di negeri ini memang menghendaki hal tersebut. Pertarungan antara partai politik di pesta demokrasi (pemilu dan pilkada) terjadi setiap lima tahun. Parpol pemenang yang dominan akan mengisi kursi-kursi jabatan di pemerintahan dan orang-orang yang dipilih serta dianggap pro terhadap parpol pemenang. Oleh karena itu, sangat jelas arah kebijakan yang nantinya akan dilahirkan oleh pemerintah yang berkuasa, sehingga bisa disimpulkan bahwa sebenarnya negara ini dikendalikan oleh partai politik.
orang mmg tdk bisa terhidar dari politik
Jika kita melihat proses demokrasi politik yang terjadi, “harga” demokrasi sangat mahal terbukti dengan persaingan-persaingan antar parpol yang sangat ketat, mulai dari biaya kampanye dan biaya-biaya lain yang bisa mempermulus naiknya sang calon presiden atau calon bupati misalnya. Sehingga, orientasi pasca terbentuknya pemerintahan yang baru bukan lagi pada “bagaimana mensejahterahkan rakyat” akan tetapi “bagaimana mengembalikan semua biaya-biaya yang telah dikeluarkan” sebelum terbentuknya pemerintahan yang baru. Maka, lahirlah istilah korupsi, kolusi, nepotisme, dan sebagainya di kalangan pemeritahan dengan satu tujuan yang sama yakni mengembalikan modal dengan cara apapun. Dari sinilah gerbang masuknya neolib ke sistem politik.
Makanya tidak heran ketika kebijakan-kebijakan yang bersifat konstitusional sangat jarang yang pro terhadap kesejahteraan rakyat. Fakta hari ini mendukung hal tersebut, undang-undang atau peraturan-peraturan yang dibuat memang sengaja membuka ruang-ruang privatisasi ataupun swastanisasi, misalnya UU Penanaman Modal Asing (PMA) yang masih dipertahankan sampai hari ini padahal jelas sangat merugikan rakyat banyak, Swastanisasi pendidikan dan  privatisasi BUMN serta perusahaan-perusahaan lain. Dibalik semua aturan-aturan tersebut terdapat konspirasi antara kapitalis dan politikus. Kalau zaman orde baru, corak pemerintahan berdasarkan dwifungsi ABRI, maka rezim reformasi justru memperlihatkan corak dwifungsi pengusaha, sehingga antara kebijakan politik dan kebijakan ekonomi tidak dapat lagi dibedakan. Maka yang kita lihat hari ini adalah politikus sekaligus sebagai pemodal.
Belum lagi, ketika kita melihat Program Legislasi Nasional (Prolegnas) yang dilakukan oleh DPR kita yang terhormat dalam rangka perumusan kebijakan sungguh menelan biaya atau anggaran yang tidak sedikit dan tentunya anggaran tersebut diambil dari uang rakyat. Sangat ironis memang menyaksikan kejadian-kejadian tersebut. Fakta hari ini menunjukkan bahwa politik digunakan sebagai alat atau tools untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang tidak berpihak pada kesejahteraan dan keadilan, ditambah lagi ‘hukum’ hari ini justru menghamba pada politik, sehingga akan memperburuk kondisi negeri ini. Lantas, apa yang bisa dilakukan untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang ada atau minimal meminimalisir hal-hal tersebut?
rakyat melarat dan terinjak akibat sistem
Mari kita bercermin terhadap organisasi-organisasi perlawanan pra-kemerdekaan seperti Serekat Islam, Serekat Dagang Islam, Indische Partij, dan lain-lain, menyadari dirinya bahwa mereka adalah organisasi “perjuangan ideologis”, lain halnya dengan parpol di era reformasi ini bukan organisasi perjuangan ideologis melainkan semata-mata untuk mengejar keuntungan belaka. Padahal, parpol yang membentuk corak demokrasi seharusnya adalah organisasi perjuangan ideologis dan murni untuk mensejahterahkan rakyat banyak.
Tidak bisa dipungkiri bahwa sistem perpolitikan juga memberikan ‘kesempatan’ dan peluang kepada parpol untuk melakukan kejahatan-kejahatan, ditandai dengan status ganda yang dimiliki oleh pemimpin misalnya, sebagai anggota dewan atau presiden sekaligus sebagai anggota partai atau pemimpin partai. Jadi wajar saja kalau pemimpin hari ini justru sibuk memikirkan bagaimana menjaga citra dan keberlangsungan partainya dibanding memikirkan kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu, solusi konkrit menurut penulis adalah di buat garis demarkasi yang jelas antara kekuasaan (legislatif, eksekutif, yudikatif) dan partai politik dalam hal ini tidak boleh ada status ganda sebagai anggota parpol sekaligus sebagai pemimpin misalnya. Ketika anggota parpol terpilih sebagai penguasa (presiden, bupati, anggota DPR, atau apapun) maka secara otomatis keanggotaan di partai politik harus ditanggalkan. Dan aturan tersebut harus dituangkan dalam bentuk aturan dalam hal ini undang-undang
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...